
- August 26, 2025
- metasocialcoid
- 0 Comments
- Marketing, Social Media
Brand Voice yang Relatable: Kunci Engagement Social Media Era Gen Z
Di tengah hiruk-pikuk media sosial yang isinya scroll tanpa henti, satu hal yang bikin orang berhenti dan memperhatikan adalah suara brand yang terasa akrab dan tulus. Gen Z, misalnya, gak cuma lihat produk mereka dengan cara kamu ngomong sebagai brand. Apakah terasa kayak temen ngobrol? Atau malah kayak template email marketing?
Di sinilah pentingnya membangun brand voice yang relatable. Bukan cuma soal tone yang lucu atau santai, tapi juga soal konsistensi dan nilai yang terasa “manusiawi”. Karena ujung-ujungnya, engagement sosial media itu bukan hanya tentang like dan comment, tapi tentang keterhubungan emosional.
Di artikel ini, kita akan bahas gimana brand voice yang kuat bisa bantu ningkatin engagement secara organik, plus langkah-langkah konkret untuk membentuknya di dunia social media marketing yang makin dinamis. Yuk, gali bareng-bareng!
Brand Voice dalam Konten Marketing
Sebelum ngomongin strategi, kita perlu sepakat dulu: brand voice adalah kepribadian unik yang ditampilkan brand dalam setiap komunikasinya. Ini beda dengan tone of voice, yang lebih fleksibel tergantung konteks. Misalnya, brand bisa punya tone yang serius saat mengumumkan kebijakan, tapi tetap dalam brand voice yang konsisten entah itu hangat, ramah, atau empowering.
Contoh brand voice yang kuat bisa kamu lihat di akun media sosial seperti Netflix, Duolingo, atau lokalnya Gojek. Mereka punya cara bicara khas yang bikin audiens langsung tahu “ini mereka banget.”
Nah, untuk membangun brand identity yang kuat, kamu juga harus paham dulu brand value adalah fondasi kamu. Brand yang menyuarakan inklusivitas, misalnya, akan punya brand voice yang open-minded dan progresif. Ada beberapa jenis brand voice yang sering dipakai: profesional, jenaka, inspiratif, atau edukatif. Pilih yang sesuai dengan nilai brand dan target audiens kamu. Dan tentu, semua ini erat kaitannya dengan strategi social media marketing kamu secara keseluruhan.
Gimana cara membuat brand voice? Mulailah dari memahami audiens kamu, merumuskan brand value, lalu uji dan adaptasi gaya bahasa dalam berbagai format konten marketing: caption, video, carousel, hingga email campaign. Jangan lupa dokumentasikan agar tim kontenmu satu suara.
Engagement Social Media
Di dunia digital marketing, engagement adalah indikator penting yang menunjukkan seberapa “nyambung” audiens dengan konten kamu. Tapi bukan cuma soal banyaknya likes, loh. Engagement rate adalah rasio interaksi (like, komen, share, save) dibanding total followers atau reach.
Engagement Instagram artinya tingkat keterlibatan pengguna Instagram terhadap postingan brand. Ini bisa kamu tingkatkan lewat interaksi di komentar, live, atau bahkan polling dan Q&A di story. Nah, cara meningkatkan engagement sosial media gak melulu harus bikin giveaway atau konten viral. Konten yang punya value dan sesuai dengan brand voice justru punya potensi lebih sustain. Audiens akan merasa didengar dan dihargai.
Perlu dicatat, engagement konten adalah hasil dari kombinasi strategi: visual yang menarik, caption yang interaktif, dan yang paling penting suara brand yang autentik. Dalam dunia marketing, arti engagement bukan cuma awareness, tapi juga potensi konversi. Bahkan, istilah engagement karyawan (employee engagement) juga mulai dilirik dalam strategi internal branding di media sosial, khususnya saat karyawan jadi brand ambassador.
Kalau brand kamu ingin survive (dan thrive!) di dunia social media marketing, punya brand voice yang relatable adalah langkah awal yang gak bisa ditawar. Terutama kalau kamu menyasar Gen Z yang peka banget soal tone dan value. Bangun brand voice yang konsisten, kemudian gunakan itu untuk menciptakan konten yang bisa meningkatkan engagement secara natural. Ingat, audience lebih gampang engage kalau merasa brand kamu “ngerti mereka.”
Kalau brand kamu ingin survive di dunia social media marketing, punya brand voice yang relatable adalah langkah awal yang gak bisa ditawar. Terutama kalau kamu menyasar Gen Z yang peka banget soal tone dan value. Bangun brand voice yang konsisten, kemudian gunakan itu untuk menciptakan konten yang bisa meningkatkan engagement secara natural. Ingat, audience lebih gampang engage kalau merasa brand kamu “ngerti mereka.”
Leave a Comment