
👁️ 97 Views
0 Likes
Semakin masifnya konten di social media membuat konsumen semakin cerdas dalam menyaring informasi dan promosi. Mereka tidak lagi mudah terpikat oleh iklan yang terlalu frontal dan Hanya Jualan.
Inilah mengapa social media marketing kini lebih mengutamakan pendekatan halus seperti soft selling strategi pemasaran yang menyelipkan promosi tanpa terkesan memaksa.
Social media menjadi platform paling dinamis untuk membangun koneksi dengan audiens, bukan sekadar alat jualan. Dengan konten yang tepat, kamu bisa menarik perhatian, membangun kepercayaan, dan akhirnya mendorong konversi tanpa harus berkata, “beli sekarang!”
Beberapa aplikasi untuk marketing yang sering digunakan brand dalam strategi soft selling di antaranya:
Perusahaan besar hingga UMKM memanfaatkan media sosial bukan hanya sebagai tempat jualan, tapi juga membangun hubungan jangka panjang dengan audiens melalui konten yang informatif dan autentik. Ini adalah wujud nyata bagaimana perusahaan menggunakan media sosial secara strategis.
Agar strategi kamu berjalan efisien, berikut 3 tools digital marketing yang bisa membantu kamu dalam perencanaan dan eksekusi:
Di Indonesia, aplikasi digital marketing lokal juga mulai berkembang, termasuk software marketing berbasis WhatsApp dan marketplace yang mendukung otomatisasi promosi. Semua tools ini dirancang untuk membantu kamu membangun komunikasi yang lebih strategis tanpa perlu hard selling. Kuncinya adalah konsisten, empati, dan data.
Di tengah banjir informasi di media sosial, hanya konten yang relevan dan menyentuh yang akan bertahan. Dengan strategi social media marketing yang berfokus pada soft selling, kamu bisa menciptakan hubungan emosional dengan audiens yang lebih dalam dan tahan lama.
Jadi, jika kamu ingin “jualan” tanpa terlihat menjual, mulailah dengan empati, nilai, dan storytelling. Karena di balik angka engagement, ada audiens yang ingin merasa dimengerti sebelum akhirnya membeli.
Leave a Comment