GenZ Consumer Behaviour Dalam Membentuk Strategi Branding

Kalau ada generasi yang paling bikin brand pusing sekaligus penasaran, jawabannya adalah Gen Z. Mereka lahir di era digital, tumbuh dengan internet, dan terbiasa dengan banjir informasi. Cara mereka memilih produk jauh berbeda dengan generasi sebelumnya.

Pertanyaannya: apa yang sebenarnya dicari Gen Z?

Gen Z tidak hanya membeli produk. Mereka membeli nilai, identitas, dan pengalaman. Itulah kenapa strategi branding lama yang hanya menonjolkan fitur produk tidak lagi cukup. Brand harus autentik, punya cerita, dan berani menyuarakan value yang relevan dengan kehidupan mereka.

Simak artikel ini jika target konsumen kamu ialah Gen Z.

Mengapa Gen Z Berbeda?

Gen Z tumbuh di era ketika smartphone, media sosial, dan e-commerce sudah jadi bagian dari keseharian. Mereka terbiasa dengan informasi cepat, interaksi dua arah, dan pilihan produk yang sangat melimpah. Akibatnya, mereka lebih kritis dan selektif dalam menentukan brand yang ingin mereka dukung.

Data dari McKinsey menyebutkan bahwa lebih dari 70% Gen Z menilai brand purpose sebagai faktor penting sebelum membeli produk. Sementara itu, laporan Google Indonesia menunjukkan bahwa Gen Z lebih suka mencoba brand baru asalkan sesuai dengan identitas dan value pribadi mereka.

Dengan kata lain, bagi Gen Z, belanja bukan hanya soal kebutuhan, tapi juga cara mengekspresikan diri.

Insight Gen Z Consumer Behaviour

📌 Berikut beberapa insight consumer behaviour Gen Z yang membentuk arah strategi branding modern:

1. Menghargai Keaslian
   Gen Z lebih suka brand yang jujur dan transparan. Mereka cepat menangkap jika sebuah campaign terlalu dibuat-buat. Itulah kenapa iklan bombastis mulai ditinggalkan, diganti dengan konten autentik seperti behind the scenes, user-generated content, atau cerita jujur tentang proses produksi.

2. Lebih Percaya Komunitas
   Dibandingkan iklan konvensional, Gen Z lebih percaya review dari komunitas, teman sebaya, atau influencer mikro yang mereka anggap real. Inilah alasan influencer marketing dan KOL campaign berkembang pesat, terutama di platform seperti TikTok dan Instagram.

3. Peduli Isu Sosial dan Lingkungan
   Gen Z ingin mendukung brand yang punya kepedulian. Misalnya, brand fashion yang mempromosikan sustainable lifestyle atau brand F&B yang mengurangi plastik sekali pakai.

4. Mencari Interaksi, Bukan Sekadar Transaksi
   Gen Z ingin dilibatkan. Mereka suka brand yang mengajak mereka berpartisipasi, entah lewat challenge TikTok, voting desain produk, atau campaign interaktif lainnya. Bagi mereka, menjadi bagian dari cerita brand sama berharganya dengan membeli produknya.

Maka dari itu, penting bagi bisnis untuk bekerja sama dengan agensi social media yang paham perilaku Gen Z. MetaSocial Indonesia siap membantu brand menciptakan strategi konten, campaign, dan positioning yang relevan, sehingga brand bukan hanya laku di pasar, tapi juga digemari.

Kunjungi website kami di https://metasocial.co.id/ atau Instagram @metasocial.official untuk informasi lebih lanjut!